japan fanfiction

Jumat, 13 Januari 2012

[FANFIC] After We Know Our Feelings (story 1)


Title : After We Know Our Feelings (story 1 )
Chapter : One
Rating : PG
Author : Fukuzawa Saya & Kujyou Aoi
Idea : Fukuzawa Saya & Kujyou Aoi
Type : Multichapter
Genre : Romance Freindship, high school life
Fandom : JE
Starring : Chinen Yuri (HSJ), Arioka Daiki (HSJ), Nakajima Yuto (HSJ), Suzuki Saifu (OC), Miura Aoi (OC), and some other chapter.


“Lagi-lagi peringkat 2”, keluh seorang gadis berambut panjang sambil menatap sebuah papan pengumuman peringkat tengah semester itu.

“Aoi! Ohayou . . eh? Kenapa cemberut gitu?” seru seorang gadis berambut ikal panjang yang baru saja berada di sampingnya, perempuan bernama Aoi itu mendesah.

 “Saifu . . . aku ke kelas dulu ya” kata Aoi yang baru saja akan beranjak pergi namun lengannya langsung di tahan oleh Saifu.

“Chotto . . aku lihat peringkatku dulu”, Saifu menatap papan pengumuman itu.

“ Tidak naik ataupun turun, tetap peringkat 4” gumam Saifu pelan.

“Ah . . tetap peringkat 3”, seru seseorang di belakang Saifu & Aoi membuat mereka sontak menoleh ke belakang dan mendapat Nakajima Yuto berdiri lengkap dengan senyumnya yang biasa.

“Ohayou . .  Fu-chan, Aoi-chan”, sapa Yuto sambil tersenyum

“Ohayou”

“Ah Daiki, ohayou . . “, sapa Yuto saat melihat sosok Daiki berjalan mendekati mereka sambil menguap malas.

“Ohayou minna”, sapa Daiki, lalu menatap sekilas papan pengumuman itu “Peringkat 5, tak buruk juga”, kata Daiki malas.

“Oh Chinen, ohayou”, seru Saifu saat melihat sosok Chinen yang tengah berjalan ke arah mereka.

“Ohayou minna” serunya ramah.

“Ohayou”

Chinen melihat papan pengumuman sekilas, lalu menatap ke empat temannya. “Kenapa diam disini? Ayo ke kelas!”, kata Chinen.

“Baiklah, ikou!”, kata Daiki. Lalu mereka berlima berjalan beriringan menuju kelas mereka.



Mereka berlima memasuki ruang kelas yang bisa di bilang luas dan mewah, kelas itu memang hanya dihuni oleh mereka berlima, mereka anak dari 5 orang terkaya di negeri mereka, yaitu Jepang.

 Mereka berlima memang khusus di didik untuk menjadi penerus perusahaan masing-masing keluarga.

 Ruang kelas di isi oleh 5 bangku untuk mereka berlima ditambah 1 meja guru, papan tulis, dan tentu saja di setiap meja di sediakan 1 buah laptop.

 Mereka tak hanya kaya, tapi juga pintar.

 Terbukti dengan nilai ujian mereka yang selalu masuk lima tertinggi di sekolah mereka, yang memang termasuk sekolah elit di Jepang.

“Hari ini kelas bahasa perancis ya?”, tanya Yuto pada Daiki yang duduk di sebelahnya, Daiki yang setengah tertidur itu menopang wajahnya dengan tangannya hanya bergumam malas menjawab pertanyaan Yuto.

“Bicara apa sih kau Dai-chan?”, keluh Yuto lalu menatap Chinen yang tampaknya sibuk dengan iPadnya, lalu menatap Aoi yang tampaknya juga sibuk dengan laptopnya, Yuto mendesah.

 Mereka memang selalu sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Mereka memang teman sejak kecil, tapi toh mereka tak seakrab kelihatannya, karena mereka sendiri sibuk mempersiapkan diri mereka untuk menjadi pewaris perusahaan orang tua mereka yang tentu saja terus bersaing untuk menjadi perusahaan nomor satu.


“Yuto-kun, nande?”, tanya Saifu sambil tersenyum menatap Yuto membuat Yuto tersadar dari lamunannya.

“eh? Ah . . iie”

“Hontou ka?” tanya Saifu lagi

Yuto mengangguk, “ Ehm . . anou . . Saifu”

“Ehm?”

“Habis ini bahasa perancis kan?” tanya Yuto

Saifu terkekeh pelan, mengangguk. “Un, kukira kau gelisah kenapa”, kata Saifu sambil terkekeh.

 Yuto tersenyum menatap Saifu.

Gadis yang sejak dulu entah kenapa meninggalkan kesan tersendiri, sejak pertama kali mereka bertemu di acara pesta di rumahnya saat dia berumur enam tahun, dan kebetulan ketika itu Saifu juga ada di pesta itu, bukan hanya Saifu, tapi juga Daiki, Aoi, dan Chinen.

Pesta itu awal dari pertemuan mereka berlima, tapi tidak bagi Saifu dan Daiki yang memang sudah kenal dari mereka masih sangat kecil, karena mereka bertetangga.

Yuto ingat bagaimana dulu dia hanya bisa tersenyum sambil berdiri di samping ayahnya yang menyambut para tamu. Yuto ingat saat pertama kali melihat seorang gadis umur 6 tahun dengan gaun putih panjangnya selutut, juga bando berpita putih kecil yang sangat pas di kenakannya, gadis ini berdiri di samping Daiki Arioka. Dengan sikap protektifnya berdiri di samping Saifu sambil memegang lengan gadis itu.

“Hajimemashite, Saifu Suzuki desu” seru Saifu sambil tersenyum manis.

“Wah . . Suzuki-san, anak perempuanmu manis sekali, dan itu anak laki-lakimu?” tanya ayah Yuto sambil menunjuk Daiki

 Daiki menggeleng “Arioka Daiki desu, aku di minta ayahku datang kemari karena otou-san sepertinya akan sedikit telat”, kata Daiki tenang

“Oh, anak Arioka-san, dia memang sibuk sekali ya, ah ini anak ku Nakajima Yuto, Yuto perkenalkan dirimu!” perintah ayah Yuto

“ Ah, hai”, seru Yuto malu, terlebih lagi Saifu menatapnya sambil tersenyum.

“Aku Nakajima Yuto desu, yoroshiku”, seru Yuto malu-malu

“Yoroshiku Yuto-kun”, seru Saifu

“Yoroshiku”, kata Daiki pelan.


“YUTO!!” teriakan Daiki sontak membuat Yuto tersadar dari lamunannya, yang lain menatap mereka berdua sekilas, lalu sibuk kembali kepada pekerjaan mereka masing-masing.

“Eh? Kenapa Dai-chan?”, tanya Yuto bingung

“Kau aneh sekali habisnya, kenapa melamun?”, tanya Daiki. Yuto menatap Saifu yang sedang mengetik sesuatu di handphonenya sekilas, tersenyum, lalu menggeleng pelan.

“Tidak apa-apa kok”, kata Yuto singkat.

“Dasar aneh”,gumam Daiki pelan yang baru saja ingin melanjutkan tidurnya itu, namun guru bahasa perancis mereka sudah masuk kekelas, Daiki berdecak kesal, sedangkan yang lain nampak sudah siap menerima pelajaran hari ini. Yuto melirik Saifu lewat ekor matanya, lalu tersenyum menunduk.

“Mata ashita minna-san”, seru guru bahasa inggris yang mengajar jam terakhir di kelas.

“Mata ashita sensei’, seru yang lain bersamaan menjawab sapaan guru tersebut, lalu sibuk membereskanbarang mereka.
Yuto menatap teman-temannya yang nampak melihat jadwal mereka hari ini di iPad mereka, Yuto ingin mereka lebih dekat dan akrab, bukan hanya menjadi teman sejak kecil dan teman sekelas saja. Yuto ingin mereka berlima menjadi sahabat, Yuto tersenyum, lalu menatap teman-temannya yang baru saja akan beranjak meninggalkan kelas.

“Minna!”, seru Yuto, membuat empat orang temannya kini menatapnya bingung.

“Bagaimana kalau sekarang kita pergi, ke cafe atau ke manapun, main setelah pulang sekolah, bagaimana?”, tawar Yuto

“Eh?”

“Bagaimana?”, tanya Yuto lagi

“Gomen, aku harus les”, kata Aoi dengan wajah seakan meminta maaf pada yuto.

“Maaf ya, aku duluan aku hampir telat”, kata Aoi lalu bergegas pergi.

“Aoi . . chotto “, Yuto berusaha menahan Aoi, namun Aoi sudah berlari pergi.

“Aku juga tak bisa, aku harus ke perusahaan ayahku”, kata Chinen

“Lain kali mungkin, aku duluan”, kata Chinen lalu pergi meninggalkan kelas.

“Daiki?” Yuto menatap Daiki penuh dengan harap.

 Daiki menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu, “Aku sih mau saja tapi, aku ada les kepribadian bersama Saifu hari ini”

“Ah hai, gomen ne Yuto-kun, lain kali aku dan Daiki pasti ikut”, kata Saifu

Yuto tersenyum miris,”Baikilah . .”, gumam Yuto dengan nada yang kecewa. Saifu tersenyum, menepuk pundak Yuto, Yuto menatap Saifu yang tersenyum ke arahnya.

“Jangan sedih ne? Lain kali aku janji, tapi sebelumnya kita janjian dulu ya? Jangan mendadak seperti ini”, kata Saifu

“Un wakatta”, kata Yuto mengangguk

“Saifu ayo! Kita tak mau dapat omelan karena telat lagikan?”, kata Daiki sambil melihat jam di tangannya.

“Ayo!”, seru Daiki sambil menarik lengan saifu

“Mata ashita Yuto . . “, kata Saifu sambil berlalu pergi bersamaan Daiki yang masih memegang lengannya erat.

Yuto sendiri menatap siluet gadis yang perlahan hilang menjauh dari pandangannya bersama seorang pemuda yang menggenggem erat lengan gadis itu.

Tsuzuku ~
HAHAHAHAHAHAHAAAHAAH
CHINEN YURI KEREEEEEEEENNN
YAMADA RYOSUKE JUGA KEREEEEEEEEEEEENNNNNNNN....... ß si Aoi Kujyou histeris sendiri - -

Mari dikomen minna, kalo jelek bilang ajah yaa~ <3 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar